RASANYA BARU KEMAREN
Rasanya baru kemaren
Negeri Zambrut Katulistiwa yang manis
Kini semakin terbakar habis
Dilahap krisis demi krisis
Mereka yang kemaren menikmati pembangunan
Kini banyak yang bersembunyi meninggalkan beban
Mereka yang kemarin mencuri kekayaan negeri
Kini Banyak utang, lari cari selamt sendiri
Rasanya baru kemaren
Padahal lebih setengah abad kita merdeka
Mahasiswa-mahasiswa penjaga nurani kembali menobrak tirani
Para Opertunispun mulai bertampilan berebut menjadi pahlawan
Politisi-politisi pensiunan sedah bangkit kembali
Partai-partai politik bermunculan dalam reingkarnasi
Rasanya baru kemaren
Tokoh-tokoh orde lama sudah mulai menjelma
Tokoh-tokoh orde baru sudah mulai menyaru
Rasnya baru kemaren
Pak Harto bukan Dewa lagi
bayang-bayangnya sudah pergi
Mr. Habiebie sudah memberanikan diri
Menjadi Presiden transisi
Harmoko tidak lagi mengikuti petunjuk dan mendominasi televisi
Gus Dur mulai siap matek pandeta
Amin rais mulai siap jadi snata
Mbak Mega sudah mulai agak lega
Namun, Pak beyelah yang berjaga
Hari ini
Rasanya aku ingin bertanya kepada mereka
Bagaimana rasanya merdeka ?
Rasanya baru kemaren
Padahal sudah 65 tahun kita merdeka
Para Jendral Bhayangkara sudah mulai mengadili
Namun masyarakat nyaris tetap tak terkendali
Mereka yang kemaren dijarah
Sudah mulai pande meniru menjarah
Mereka yang perlu direformasi
Sudah mulai fasih meneriakkan reformasi
Mereka yang kemaren dipaksa-paksa
Sudah mulai berani mulai memaksa
Mereka yang kemaren dipojokkan
Sudah mulai belajar memojokkan
Rasanya baru kemaren
Orang tuaku pergi betapa
Adek-adekku pergi berkelana
Saudaraku sudah mulai menjadi politikus
Namun aku sendiri tetap seekor wedus yang perengus
Hari ini
Setelah 65 tahun kita merdeka
Ingin rasanya aku kembali mengajak mereka yang ku cinta
Untuk mensyukuri lebih dalam lagi
Rahmat kemerdekaan ini
Dengan mereformasi dan meretas tirani yang merenggi diri sendiri
Rasanya baru kemaren
Padahal sudah 65 tahun kita merdeka
Ingin rasanya sekali lagi
Aku menguak angkasa dengan pekik yang lebih perkasa
MERDEKA !.
Oleh : Mustafa Bisri (Gusmus)
Negeri Zambrut Katulistiwa yang manis
Kini semakin terbakar habis
Dilahap krisis demi krisis
Mereka yang kemaren menikmati pembangunan
Kini banyak yang bersembunyi meninggalkan beban
Mereka yang kemarin mencuri kekayaan negeri
Kini Banyak utang, lari cari selamt sendiri
Rasanya baru kemaren
Padahal lebih setengah abad kita merdeka
Mahasiswa-mahasiswa penjaga nurani kembali menobrak tirani
Para Opertunispun mulai bertampilan berebut menjadi pahlawan
Politisi-politisi pensiunan sedah bangkit kembali
Partai-partai politik bermunculan dalam reingkarnasi
Rasanya baru kemaren
Tokoh-tokoh orde lama sudah mulai menjelma
Tokoh-tokoh orde baru sudah mulai menyaru
Rasnya baru kemaren
Pak Harto bukan Dewa lagi
bayang-bayangnya sudah pergi
Mr. Habiebie sudah memberanikan diri
Menjadi Presiden transisi
Harmoko tidak lagi mengikuti petunjuk dan mendominasi televisi
Gus Dur mulai siap matek pandeta
Amin rais mulai siap jadi snata
Mbak Mega sudah mulai agak lega
Namun, Pak beyelah yang berjaga
Hari ini
Rasanya aku ingin bertanya kepada mereka
Bagaimana rasanya merdeka ?
Rasanya baru kemaren
Padahal sudah 65 tahun kita merdeka
Para Jendral Bhayangkara sudah mulai mengadili
Namun masyarakat nyaris tetap tak terkendali
Mereka yang kemaren dijarah
Sudah mulai pande meniru menjarah
Mereka yang perlu direformasi
Sudah mulai fasih meneriakkan reformasi
Mereka yang kemaren dipaksa-paksa
Sudah mulai berani mulai memaksa
Mereka yang kemaren dipojokkan
Sudah mulai belajar memojokkan
Rasanya baru kemaren
Orang tuaku pergi betapa
Adek-adekku pergi berkelana
Saudaraku sudah mulai menjadi politikus
Namun aku sendiri tetap seekor wedus yang perengus
Hari ini
Setelah 65 tahun kita merdeka
Ingin rasanya aku kembali mengajak mereka yang ku cinta
Untuk mensyukuri lebih dalam lagi
Rahmat kemerdekaan ini
Dengan mereformasi dan meretas tirani yang merenggi diri sendiri
Rasanya baru kemaren
Padahal sudah 65 tahun kita merdeka
Ingin rasanya sekali lagi
Aku menguak angkasa dengan pekik yang lebih perkasa
MERDEKA !.
Oleh : Mustafa Bisri (Gusmus)
Comments
Post a Comment