Ratusan Hektar Hutan TNGL di Sungai Alas Dirambah 10/06/2008

Ratusan hektar hutan di Taman Nasional Gunung Leuser yang berada di pinggiran Sungai Alas antara Muara Situlen - Batu Injin, Aceh Tenggara, rusak parah akibat dirambah oleh masyarakat. Perambahan besar-besaran ini dilakukan sejak dua bulan terakhir dan sekarang masih terus berlangsung.

Sejak memasuki batas TNGL di dekat Muara Situlen, Sungai Serakut hingga ke Batu Injin, ditemukan belasan titik perambahan dengan luas ratusan hektar berada tepat di pinggiran kanan sungai. Titik perambahan juga terdapat di kiri sungai yang masuk dalam Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) yang jumlahnya lebih luas.

Sebagian hutan yang dirambah telah ditanami oleh jagung dan coklat. Oknum masyarakat yang merambah juga mendirikan pondok dari kayu hasil tebangan. Mereka tinggal di sana bersama keluarganya untuk menjaga tanaman. Masyarakat menggunakan transportasi boat kecil sebagai akses keluar masuk TNGL. Sisa kayu tebangan mereka manfaatkan juga untuk dijual ke pasar lokal setelah dibelah di lokasi.

Pohon-pohon besar tampak bertumbangan di perbukitan yang telah gundul. Ketika tim YLI menyusuri sungai. Raungan suara cinsaw terdengar di sejumlah titik yang masih terus dirambah. Sejumlah orang tampak bekerja memotong kayu dan membersihkan lahan.

Perambahan di sepanjang Sungai Alas ini sangat mengkhawatirkan. Jika pihak berwenang tidak segera menghentikan kegiatan perambahan akan semakin meluas di TNGL. Dan yang mengkhawatirkan adalah rusaknya hutan di pinggiran sungai menyebabkan bencana banjir besar semakin mengancam hilir Sungai Alas yang ada di Subulussalam dan Singkil. Saat ini saja di kedua wilayah itu setiap tahun terjadi musibah banjir yang menelan korban jiwa dan harta.

Kawasan Sungai Alas antara Muara Situlen - Batu Injin ini merupakan objek ekowisata terkenal karena merupakan favorit turis asing untuk kegiatan rafting. Biasanya rafting dilakukan hingga ke Desa Gelombang Subulussalam. Namun rusaknya hutan TNGL di sepanjang sungai, menyebabkan pemandu wisata setempat tak berani lagi menawarkan keindahan TNGL kepada turis.

Dahulu kami berani menjamin setiap turis yang rafting kemari dapat menikmati suguhan pemandangan yang menakjubkan dari hutan Leuser dan mereka bisa melihat berbagai satwa di pinggiran sungai. Tapi akhir-akhir ini satwa seperti gajah, orangutan, siamang, burung rangkong, dan gibon jarang sekali terlihat," kata Udara, seorang pemandu lokal asal Desa Salim Pipit, Aceh Tenggara.

Dari tahun 1994 - 2003, Udara dan beberapa penduduk setempat memperoleh pendapatan lumayan sebagai pemandu wisata. Setiap bulan mereka membawa 40 orang turis asing untuk rafting di Sungai Alas dan tracking ke dalam TNGL untuk melihat satwa. Namun setelah itu turis asing sama sekali tak pernah datang lagi ke sana. Kini hanya orang lokal yang datang berkunjung. Kawasan sepanjang Sungai Alas merupakan objek wisata yang menakjubkan yang bisa mereka promosikan hingga ke manca negara. Namun rusaknya hutan TNGL membuat mereka khawatir tak dapat lagi menawarkan keindahan Leuser pada para turis.

Dan bagai menurut anda sekarang ? terlihat bahwa memang akhirnya sungai alas bisa menjadi ancaman bila tidak kita kelola dengan baik.. semoga kita semua tetap bijak dalam menangani masalah ini..

Comments

Popular posts from this blog

Kamus Bahasa Alas-Indonesia

Marga-marga yang ada di Tanoh Alas Aceh Tenggara