Belajar Bahasa Alas 1

Bahasa Alas adalah merupakan bahasa asli kaum bumiputera di Tanah Alas (Aceh Tenggara). Bahasa ini bertalian erat dengan Bahasa Kluet (Aceh Selatan), Bahasa Singkil-Julu (Aceh Singkil), Bahasa Pakpak dan Bahasa Karo di Sumatera Utara.

Bahasa Alas mempunyai tiga dialek yaitu Dialek Hulu dipakai di Kecamatan Badar, dialek Hilir dipakai di Kecamatan Bambel dan dialek Tengah dipakai di Kecamatan Babussalam dan Lawe Alas.

Dialek ini merupakan campuran dialek hulu dan hilir. Perbedaan dari ketiga dialeg ini hanya sedikit sekali, yaitu: Bila ditinjau dari segi intonasi pemakaian bahasa Alas di kecamatan Badar lebih halusl lembut, sedang di daerah kecamatan Babussalam, Lawe sigala-gala agak lemah lembut. Sedangkan di kecamatan Bambel agak keras/kasar. Selain itu, dalam bahasa Alas juga, ditemukan tingkat bahasa, meskipun hanya ditemukan pada beberapa kata, yaitu:

Halus Sedang Kasar arti

medaun mangan numbai makan

kandu kemin/kenin kau engkau

batang ruang bilek kasmedun kamar

nadingken mate manggil mati

laus ngkerep pergi

metempat kawin mijudu berumah tangga

mebahan nang-nang mbelin tuke hamil/bunting

Pemakaian kata-kata di atas dibedakan oleh situasi atau lingkungan pemakai. Bahasa halus dipakai untuk upacara-upacara adat resmi atau dipakai pada waktu berbicara dengan orang yang lebih tua atau lebih tua atau orang yang dihormati. Bahasa sedang dipakai pada waktu upacara dengan orang yang setaraf dengan kita atau tingkatannya lebih rendah atau terkadang dipakai juga kepada orang-orang tertentu yang sedang dimarahi atau dibenci.

Banyak sekali pembedaharaan bahasa yang sering dipakai oleh masyarakat yang ada ditanoh alas, dimana dalam penulisan bahasa alas dalam tulisan ini dititik beratkan pada makna afiksasi. Dalam pendaharaan bahasa alas belum ada yang secara khusuh menulis tentang makna kata yang timbul akibat pelekatan afiks.

Istilah afiks sudah sering diperbincangkan. Banyak para ahli mengemukakan arti afiks itu sendiri. Berikut ini penulis ngutip arti afiks dari seorang ahli bahasa, yaitu: “Afiks ialah satuan gramatik terikat yang di dalam suatu kata merupakan unsur yang bukan kata dan bukan pokok kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru.” (Keraf,1987;55). Sedangkan afiksasi adalah proses pelekatan afiks pada suatu kata dasar atau kata kompleks.

Makna afiksasi adalah makna yang timbul akibat pelekatan afiks pada suatu kata. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya ada lima jenis afiks dalam bahasa Alas, yaitu:

1) Prefiks adalah afiks yang mempunyai kemampuan melekat pada, awal kata. Dalam bahasa Alas ada lima jenis prefiks yaitu: N-, te-, pe-, me-, ni-.

2) Sufiks adalah afiks yang mempunyai kemampuan melekat pada akhir kata. Dalam bahasa Alas ada tiga sufiks yaitu: -ken, -en.

3) Infiks adalah afiks yang disisipkan dalam suatu kata. Dalam bahasa Alas ada dan sufiks yaitu: -en-, -em-.

4) Konfiks adalah dua atiks atau lebih yang secara bersama-sama melekat pada suatu kata. Dalam bahasa Alas ada dua konfiks yaitu: pe-en dan se-en.

5) Afiks gabung adalah dua afiks atau lebih yang secara berturut-turut melekat pada suatu kata. Dalam bahasa Alas ada tigabelas afiks gabung yaitu: N+i, N+ken, ni+pe, ni+pe+i, ni+pe+ken, ni+ken, ni+i, pe+i, pe+ken, te+i, te+pe-, te+pe+ken, me+ken.

Dari kelima penggunaan afiks dalam bahasa alas, banyak sekali makna yang timbul dari akibat pelekatan afiks dalam bahasa alas seperti :

1) Melakukan pekerjaan apa yang tersebut pada bentuk dasar,

N + tangko ‘curi’ – nangko ‘mencuri’

2) Tidak sengaja melakukan apa yang tersebut pada bentuk dasar.

te- + tepak ’sepak’ -tetepak ‘tidak sengaja disepak’

3) Orang yang melakukan apa yang tersebut pada bentuk dasar.

pe- + tangko ‘curi’ – penangko ‘orang yang mencuri’

4) Memanggil apa yang tersebut pada bentuk dasar.

pe- + ame ‘ibu’ – peame ‘memanggil ibu’

5) Membuat jadi seperti apa yang tersebut pada bentuk dasar.

pe- + belang ‘lebar’ – pebelang ‘membuat jadi lebar’

6) Menyatakan keadaan apa yang tersebut pada bentuk dasar.

me- + cuping ‘telinga – mecuping ‘bertelinga’

7) Menyatakan melakukan melakukan pekerjaan secara berulang-ulang.

-i + iup ‘tiup’ – iupi ‘tiupi’

8) Menyatakan hal apa yang tersebut pada bentuk dasar.

-en + jarum ‘jarum’ – jarumen ‘hal yang dijahit’

9) Mengeluarkan apa yang tersebut pada bentuk dasar.

-em- + kesah ‘nafas’ – kumesah ‘mengeluarkan nafas’

10) Melakukan pekerjaan pada waktu yang akan datang.

-en- + pangan ‘makan’ – penenganan ’makan pada waktu yang akan datang’

11) Menyatakan hal atau tempat pekerjaan itu dilakukan

pe-en + sungkun ‘tanya’ – penungkunen ‘tempat bertanya’

12) Menyatakan saling apa yang tersebut pada bentuk dasar.

se-en + salam ’salam’ – sesalamen ’saling bersalaman’

13) Menyatakan tidak sama dengan apa yang tersebut pada bentuk dasar.

se-en + bereng ‘hitam’ – seberengen ‘tidak sama hitamnya’

14) Menyatakan memakai atau mempergunakan apa yang tersebut pada bentuk dasar.

N- + baju ‘baju’ + -ken – mbajuken ‘memakai baju’

15) Membubuhkan apa yang tersebut pada bentuk dasar.

te+pe + dalan ‘jalan’ + ken – tepedalanken ‘dapat dijalankan’

16) Menyuruh membuat jadi seperti apa yang tersebut pada bentuk dasar.

te- + telu ‘tiga+i – tetelui ‘dapat dilakukan dengan tujuh orang’

17) Menyatakan dapat melakukan apa yang tersebut pada bentuk dasar.

te+pe + cut ‘kecil’ +ken – tepecutken ‘dapat dikecilkan’

18) Menyatakan dibuat jadi seperti apa yang tersebut pada bentuk dasar.

pe + dauh ‘jauh’ +i – pedahi ‘buat menjadi jauh’

Dengan beberapa hal yang telah diuraikan diatas nantinya dapat meningkatkan aktifitas penulisan, terutama penulisan dalam bidang bahasa Alas, sehingga tatabahasa dan pembendaharaan kata bahasa alas dapat terus terjaga dan terlestarikan di tanoh alas bumi sepakat sengenep.

Comments

Popular posts from this blog

Kamus Bahasa Alas-Indonesia

Marga-marga yang ada di Tanoh Alas Aceh Tenggara