Melagam
Melagam
Melagam terbagi 3 bagian yaitu :
* Melagam ni lepo
o Seorang pemuda yang sedang jatuh cinta atau mepahukh dalam menyampaikan salam selamat datang, kata-kata sindiran, pribahasa alas, diucapkan melalui lagam yang dikumandangkan di lepo rumah adat alas.
o Lagam ni lepo biasanya ditujukan kepada gadis yang datang pada saat begahen pada acara pesta kawin atau sunat rasul.
* Melagam ni pido (pekhmintaen)
o Melagam ni pido tidak dibatasi usia atau jabatan, artinya pada saat diminta untuk melagamsudah diberikan suatu kebebasan andaikata sekitar tempat itu ada pekhangkenen (antara menantu dengan mertua).
o Melagam ni pido harus terlebih dahulu meminta maaf pada semua yang hadir yang dialunkan melalui lagam dengan kata lain menarik duakali sintak satu lagam mido sentabi
* Melagam ni jalu (ni pekhtandingken)
o Melagam ni jalu biasanya menampilkan lawan main dalam melagam, terdiri dari 2 atau 3 orang yang memang ahlinya dibidang melagam itu akan diundang pada saat pesta sunatan.
o Lagam yang dialunkan ceritanya itu dimulai dari kisah perkenalan muda-mudi sampai pada perkawinan di alunkan dalam lagam tersebut.
o Didalam lagam pribahasa alas dan alunan pantunyapun sepertinya telah tersusun sangat rapi.
o Melagam ni jalu dapat di ikuti oleh perempuan dan laki-laki artinya bisa berpasangan.
Tangis
Tangis dimaksud adalah pada pengantin perempuan sewaktu menjagai. Adapun macam-macam tangis adalah :
* Tangis Mangekhi. Dalam tangis ini seorang penganten (perempuan) memanggil kerabat, famili yang hadir pada malam itu untuk mangekhi (peusejuk) orang kawin.
* Tangis Dhilo. Merupakan ajang tempat seorang penganten perempuan menceritakan riwayat hidup kepada teman atau sahabat.
* Tangis Nerahken Mas Kawin. Menyerahkan jiwa raga perempuan yang mana selama ini sebelum kawin itu merupakan tanggung jawab orang tuanya tetapi setelah menikah itu menjadi tanggung jawab sepenuhnya oleh suaminya.
* Tangis nohken bekhas seselup lawe sentabu. Memohon maaf kepada sanak famili dan seluruh masyarakat yang ada di kampong tersebut apabila semasa gadis terdapat kesalahan atau kekhilapan dalam pergaulan sehari-hari dan memohon do’a agar rumah tangganya nantinya dapat langgeng selama-lamanya. Memberikan kesan dan pesan agar wali (para orangtua) tidak lupa kepadanya tatkala dia sudah berada dikampung suaminya.
* Tangis tukhunen. Sang penganten perempuan menitipkan kedua orang tuaya kepada saudaranya yang laki-laki (abang/adik kandung) nohken kedue khangtua ne tebeken tukhang ne khut edene). Mengajak sanak famili dan masyarakat di kampong untuk mengantarkan dia ke kampong suamnya (babai kekekhi saudare nakhuh be rumah de laki ne).
* Tangis ngehawinken. Tangis yang diminta mempelaim perempuan untuk mendapatkan petunjuk, nasehat dan pesan serta kesan.
* Tangis mbabe senubung. Pulut yang manis dibawa jangan lekas dimakan dan pahit jangan segera di muntahkan.
Bangsi Alas
Bangsi Alas adalah sejenis instrumen tiup dari bambu yang dijumpai di daerah Alas, Kabupaten Aceh Tenggara. Secara tradisional pembuatan Bangsi dikaitkan dengan adanya orang meninggal dunia di kampung /desa tempat Bangsi dibuat. Apabila diketahui ada seorang meninggal dunia, Bangsi yang telah siap dibuat sengaja dihanyutkan di sungai. Setelah diikuti terus sampai Bangsi tersebut diambil oleh anak-anak, kemudian Bangsi yang telah di ambil anak-anak tadi dirampas lagi oleh pembuatnya dari tangan anak-anak yang mengambilnya. Bangsi inilah nantinya yang akan dipakai sebagai Bangsi yang merdu suaranya. Ada juga Bangsi kepunyaan orang kaya yang sering dibungkus dengan perak atau suasa.
Canang
Kata Canang mengandung banyak pengertian. Dari beberapa alat kesenian tradisional Aceh, Canang secara sepintas lalu ditafsirkan sebagai alat musik yang dipukul, terbuat dari kuningan menyerupai gong. Hampir semua daerah di Aceh terdapat alat musik Canang dan memiliki pengertian dan fungsi yang berbeda-beda.
Fungsi Canang secara umum sebagai penggiring tarian-tarian tradisional serta Canang juga sebagai hiburan bagi anak-anak gadis yang sedang berkumpul. Biasanya dimainkan setelah menyelesaikan pekerjaan di sawah ataupun pengisi waktu senggang.
Canang Situ merupakan alat musik yang terbuat dari tembaga, yang dipakai oleh Suku Alas yang mana jumlahnya sekitar 5 buah per group, masing-masing canang diberi nama atau gelarnya, cara memukulnya bervariasi mulai dari yang namanya canang indung, anak tingkah due, tingkah telu, sesampun, perbedaan cara pukulnya menurut namanya dipadu menjadi irama yang beragam seperti do, re, mi dan seterusnya.
Ragam irama canang sangatlah berbeda dan memiliki kesan tersendiri seperti canang pok-pok sekali, canang gekhasak, canang ngasak dan canang lainnya.
Canang Buluh
Canang Buluh merupakan alat musik yang terbuat dari buluh khegen (bambu). Alat musik ini terdiri dari satu ruas bambu dengan talinya sebanyak 5 buah yang terbuat dari kulit bambu itu sendiri. Setiap tali dapat diatur suaranya.
Canang buluh kecapi dimainkan oleh 2 atau 3 orang saja, mempunyai ragam irama seperti pukulan canang situ.Canang buluh dan canang situ ditabuh/dimainkan oleh para perempuan pada pesta adat Suku Alas.
Landok Alun, Landok = menari ; alun = pelan-pelan. Landok Alun menari dengan gerakan lambat, atau dikenal juga dengan julukan tari alas yang sangat sensitif, dimainkan oleh kalangan pemuda (laki-laki). Landok Alun dimainkan dalam posisi berdiri dan pada saat inilah kita jumpai kata alun (lambat). Alun berarti gerakannya melambat ibarat bagai daun kering yang dihembus angin. Ruang gerak tarian Landok Alun ini tidak jauh berpindah-pindah.
Menurut sejarah, Landok Alun berawal tatkala masyarakat mencari dan menemukan lahan pertanian/perkebunan yang lokasinya sangat luas, rata dan mudah mendapatkan air untuk diolah menjadi lahan persawahan atau kolam. Dalam penyisiran perjalanan maka lahan yang dicari berhasil ditemukan seperti kata pepatah pucuk dicinta ulam pun tiba. Disitulah penyisir menghempas-hempaskan kaki dan melambai-lambaikan tangan serta saat menepuk–nepuk sambil seperti mengucap kata seperti kata gurindam yang syairnya bersambung bagaikan pantun tanda kegembiraan yang tiada duanya. Setelah pulang ke kampung maka teman seperjalanan bercerita mulai dari awal perjalanan hingga pada kisah kegembiraan dan keberhasilan mereka.
Semua yang mendengar terpukau dan merasa terhibur atas peragaan yang disajikan secara berulang-ulang serta di ulus-ulus menjadi sebuah tarian. Saat ini Landok Alun sering dimainkan oleh peserta minimal 4 orang, dimana pesertanya memakai baju adat demikian halnya dengan si pembawa syair.
Mesekat merupakan tarian yang dibawakan oleh anak-anak sampai orang dewasa secara berkelompok dengan posisi berbaris, sepertinya halnya orang shalat saat membaca tahayatul akhir. Dalam tarian biasanya yang dipilih menjadi imam adalah kadi atau she yang nantinya menjadi panutan dalam gerak dan syair yang dibacakan secara serentak dan serasi dan dilaksanakan dengan irama shalawat dan qasidah.
Tari mesekat melahirkan suatu karya seni yang sifatnya klasik tradisional, cara membawakannya harus dengan menghafal dari berbagai ragam atau dengan cara berurutan. Dalam permainanya peserta memakai baju adat dengan jumlah pemain minimal 18 orang. Dalam syairnya dapat diartikan sebagai himbauan kepada masyarakat atau pemerintah desa, camat, bupati tentang hal-hal pembangunan.
Tari Saman atau dikenal juga dengan Tarian sejuta tangan (a thousand hand dance) adalah sebuah tarian adat yang berasal dari daerah Aceh Tenggara, tepatnya dari dataran tinggi Gayo.Tari Saman ini diciptakan serta dikembangkan oleh seorang tokoh agama Islam bernama Syech Saman, sehingga nama tari tersebut dinamakan serupa nama penciptanya sendiri.
Tarian Saman menggunakan dua unsur gerak yang menjadi unsur dasar dalam tarian Saman: Tepuk tangan dan tepuk dada. Syair dalam tarian Saman mempergunakan bahasa Arab dan bahasa Gayo. Dahulu tarian ini biasa ditampilkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam adat dan masyarakat Aceh, diantaranya untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Sekarang pun, tarian ritual yang bersifat religius ini masih digunakan sebagai media untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah melalui pertunjukan-pertunjukan.
Pada umumnya, tari Saman dimainkan oleh belasan atau puluhan laki-laki, tetapi jumlahnya harus ganjil. Namun, dalam perkembangan selanjutnya, tarian ini juga dimainkan oleh kaum perempuan, tetapi tidak ada campuran. Pendapat lain mengatakan tarian ini ditarikan kurang lebih dari 10 orang, dengan rincian 8 penari dan 2 orang sebagai pemberi aba-aba sambil bernyanyi. Untuk mengatur berbagai gerakannya ditunjuklah seorang pemimpin yang disebut syeikh. Selain mengatur gerakan para penari, syeikh juga bertugas menyanyikan syair-syair lagu Saman. Karena keseragaman formasi dan ketepatan waktu adalah suatu keharusan dalam menampilkan tarian ini, maka para penari dituntut untuk memiliki konsentrasi yang tinggi dan latihan yang serius agar dapat tampil dengan sempurna.
Melagam terbagi 3 bagian yaitu :
* Melagam ni lepo
o Seorang pemuda yang sedang jatuh cinta atau mepahukh dalam menyampaikan salam selamat datang, kata-kata sindiran, pribahasa alas, diucapkan melalui lagam yang dikumandangkan di lepo rumah adat alas.
o Lagam ni lepo biasanya ditujukan kepada gadis yang datang pada saat begahen pada acara pesta kawin atau sunat rasul.
* Melagam ni pido (pekhmintaen)
o Melagam ni pido tidak dibatasi usia atau jabatan, artinya pada saat diminta untuk melagamsudah diberikan suatu kebebasan andaikata sekitar tempat itu ada pekhangkenen (antara menantu dengan mertua).
o Melagam ni pido harus terlebih dahulu meminta maaf pada semua yang hadir yang dialunkan melalui lagam dengan kata lain menarik duakali sintak satu lagam mido sentabi
* Melagam ni jalu (ni pekhtandingken)
o Melagam ni jalu biasanya menampilkan lawan main dalam melagam, terdiri dari 2 atau 3 orang yang memang ahlinya dibidang melagam itu akan diundang pada saat pesta sunatan.
o Lagam yang dialunkan ceritanya itu dimulai dari kisah perkenalan muda-mudi sampai pada perkawinan di alunkan dalam lagam tersebut.
o Didalam lagam pribahasa alas dan alunan pantunyapun sepertinya telah tersusun sangat rapi.
o Melagam ni jalu dapat di ikuti oleh perempuan dan laki-laki artinya bisa berpasangan.
Tangis
Tangis dimaksud adalah pada pengantin perempuan sewaktu menjagai. Adapun macam-macam tangis adalah :
* Tangis Mangekhi. Dalam tangis ini seorang penganten (perempuan) memanggil kerabat, famili yang hadir pada malam itu untuk mangekhi (peusejuk) orang kawin.
* Tangis Dhilo. Merupakan ajang tempat seorang penganten perempuan menceritakan riwayat hidup kepada teman atau sahabat.
* Tangis Nerahken Mas Kawin. Menyerahkan jiwa raga perempuan yang mana selama ini sebelum kawin itu merupakan tanggung jawab orang tuanya tetapi setelah menikah itu menjadi tanggung jawab sepenuhnya oleh suaminya.
* Tangis nohken bekhas seselup lawe sentabu. Memohon maaf kepada sanak famili dan seluruh masyarakat yang ada di kampong tersebut apabila semasa gadis terdapat kesalahan atau kekhilapan dalam pergaulan sehari-hari dan memohon do’a agar rumah tangganya nantinya dapat langgeng selama-lamanya. Memberikan kesan dan pesan agar wali (para orangtua) tidak lupa kepadanya tatkala dia sudah berada dikampung suaminya.
* Tangis tukhunen. Sang penganten perempuan menitipkan kedua orang tuaya kepada saudaranya yang laki-laki (abang/adik kandung) nohken kedue khangtua ne tebeken tukhang ne khut edene). Mengajak sanak famili dan masyarakat di kampong untuk mengantarkan dia ke kampong suamnya (babai kekekhi saudare nakhuh be rumah de laki ne).
* Tangis ngehawinken. Tangis yang diminta mempelaim perempuan untuk mendapatkan petunjuk, nasehat dan pesan serta kesan.
* Tangis mbabe senubung. Pulut yang manis dibawa jangan lekas dimakan dan pahit jangan segera di muntahkan.
Bangsi Alas
Bangsi Alas adalah sejenis instrumen tiup dari bambu yang dijumpai di daerah Alas, Kabupaten Aceh Tenggara. Secara tradisional pembuatan Bangsi dikaitkan dengan adanya orang meninggal dunia di kampung /desa tempat Bangsi dibuat. Apabila diketahui ada seorang meninggal dunia, Bangsi yang telah siap dibuat sengaja dihanyutkan di sungai. Setelah diikuti terus sampai Bangsi tersebut diambil oleh anak-anak, kemudian Bangsi yang telah di ambil anak-anak tadi dirampas lagi oleh pembuatnya dari tangan anak-anak yang mengambilnya. Bangsi inilah nantinya yang akan dipakai sebagai Bangsi yang merdu suaranya. Ada juga Bangsi kepunyaan orang kaya yang sering dibungkus dengan perak atau suasa.
Canang
Kata Canang mengandung banyak pengertian. Dari beberapa alat kesenian tradisional Aceh, Canang secara sepintas lalu ditafsirkan sebagai alat musik yang dipukul, terbuat dari kuningan menyerupai gong. Hampir semua daerah di Aceh terdapat alat musik Canang dan memiliki pengertian dan fungsi yang berbeda-beda.
Fungsi Canang secara umum sebagai penggiring tarian-tarian tradisional serta Canang juga sebagai hiburan bagi anak-anak gadis yang sedang berkumpul. Biasanya dimainkan setelah menyelesaikan pekerjaan di sawah ataupun pengisi waktu senggang.
Canang Situ merupakan alat musik yang terbuat dari tembaga, yang dipakai oleh Suku Alas yang mana jumlahnya sekitar 5 buah per group, masing-masing canang diberi nama atau gelarnya, cara memukulnya bervariasi mulai dari yang namanya canang indung, anak tingkah due, tingkah telu, sesampun, perbedaan cara pukulnya menurut namanya dipadu menjadi irama yang beragam seperti do, re, mi dan seterusnya.
Ragam irama canang sangatlah berbeda dan memiliki kesan tersendiri seperti canang pok-pok sekali, canang gekhasak, canang ngasak dan canang lainnya.
Canang Buluh
Canang Buluh merupakan alat musik yang terbuat dari buluh khegen (bambu). Alat musik ini terdiri dari satu ruas bambu dengan talinya sebanyak 5 buah yang terbuat dari kulit bambu itu sendiri. Setiap tali dapat diatur suaranya.
Canang buluh kecapi dimainkan oleh 2 atau 3 orang saja, mempunyai ragam irama seperti pukulan canang situ.Canang buluh dan canang situ ditabuh/dimainkan oleh para perempuan pada pesta adat Suku Alas.
Landok Alun, Landok = menari ; alun = pelan-pelan. Landok Alun menari dengan gerakan lambat, atau dikenal juga dengan julukan tari alas yang sangat sensitif, dimainkan oleh kalangan pemuda (laki-laki). Landok Alun dimainkan dalam posisi berdiri dan pada saat inilah kita jumpai kata alun (lambat). Alun berarti gerakannya melambat ibarat bagai daun kering yang dihembus angin. Ruang gerak tarian Landok Alun ini tidak jauh berpindah-pindah.
Menurut sejarah, Landok Alun berawal tatkala masyarakat mencari dan menemukan lahan pertanian/perkebunan yang lokasinya sangat luas, rata dan mudah mendapatkan air untuk diolah menjadi lahan persawahan atau kolam. Dalam penyisiran perjalanan maka lahan yang dicari berhasil ditemukan seperti kata pepatah pucuk dicinta ulam pun tiba. Disitulah penyisir menghempas-hempaskan kaki dan melambai-lambaikan tangan serta saat menepuk–nepuk sambil seperti mengucap kata seperti kata gurindam yang syairnya bersambung bagaikan pantun tanda kegembiraan yang tiada duanya. Setelah pulang ke kampung maka teman seperjalanan bercerita mulai dari awal perjalanan hingga pada kisah kegembiraan dan keberhasilan mereka.
Semua yang mendengar terpukau dan merasa terhibur atas peragaan yang disajikan secara berulang-ulang serta di ulus-ulus menjadi sebuah tarian. Saat ini Landok Alun sering dimainkan oleh peserta minimal 4 orang, dimana pesertanya memakai baju adat demikian halnya dengan si pembawa syair.
Mesekat merupakan tarian yang dibawakan oleh anak-anak sampai orang dewasa secara berkelompok dengan posisi berbaris, sepertinya halnya orang shalat saat membaca tahayatul akhir. Dalam tarian biasanya yang dipilih menjadi imam adalah kadi atau she yang nantinya menjadi panutan dalam gerak dan syair yang dibacakan secara serentak dan serasi dan dilaksanakan dengan irama shalawat dan qasidah.
Tari mesekat melahirkan suatu karya seni yang sifatnya klasik tradisional, cara membawakannya harus dengan menghafal dari berbagai ragam atau dengan cara berurutan. Dalam permainanya peserta memakai baju adat dengan jumlah pemain minimal 18 orang. Dalam syairnya dapat diartikan sebagai himbauan kepada masyarakat atau pemerintah desa, camat, bupati tentang hal-hal pembangunan.
Tari Saman atau dikenal juga dengan Tarian sejuta tangan (a thousand hand dance) adalah sebuah tarian adat yang berasal dari daerah Aceh Tenggara, tepatnya dari dataran tinggi Gayo.Tari Saman ini diciptakan serta dikembangkan oleh seorang tokoh agama Islam bernama Syech Saman, sehingga nama tari tersebut dinamakan serupa nama penciptanya sendiri.
Tarian Saman menggunakan dua unsur gerak yang menjadi unsur dasar dalam tarian Saman: Tepuk tangan dan tepuk dada. Syair dalam tarian Saman mempergunakan bahasa Arab dan bahasa Gayo. Dahulu tarian ini biasa ditampilkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam adat dan masyarakat Aceh, diantaranya untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Sekarang pun, tarian ritual yang bersifat religius ini masih digunakan sebagai media untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah melalui pertunjukan-pertunjukan.
Pada umumnya, tari Saman dimainkan oleh belasan atau puluhan laki-laki, tetapi jumlahnya harus ganjil. Namun, dalam perkembangan selanjutnya, tarian ini juga dimainkan oleh kaum perempuan, tetapi tidak ada campuran. Pendapat lain mengatakan tarian ini ditarikan kurang lebih dari 10 orang, dengan rincian 8 penari dan 2 orang sebagai pemberi aba-aba sambil bernyanyi. Untuk mengatur berbagai gerakannya ditunjuklah seorang pemimpin yang disebut syeikh. Selain mengatur gerakan para penari, syeikh juga bertugas menyanyikan syair-syair lagu Saman. Karena keseragaman formasi dan ketepatan waktu adalah suatu keharusan dalam menampilkan tarian ini, maka para penari dituntut untuk memiliki konsentrasi yang tinggi dan latihan yang serius agar dapat tampil dengan sempurna.
budaya suku Alas, tidak boleh hilang dari tanoh Alas tercinta.
ReplyDeletedinas pariwisata dan kebudayan harus bertanggung jawab dengan adat istiadat kita,